Setiap tanggal 25 November selalu diperingati sebagai hari
guru. Hari penghormatan terhadap mereka-mereka yang digelar sebagai pahlawan
tanda jasa. Sehingga di era teknologi informasi dan sejak boomingnya medsos, berbagai ucapan selamat terhadap para guru disematkan dalam jagat medos.
Tulisan ini pernah saya
posting dua tahun lalu pada wall fb saya. Dasarnya berangkat dari pengalaman
pribadi ketika bersama beberapa teman, kami sedang melaksanakan suatu kegiatan
di salah desa yang ada di daerah saya.
Pada kesempatan itu kami sempat bertemu dengan seseorang yang
usaianya sudah tua namun masih terlihat kewibawaannya. Salah seorang teman kami
menyapa orang tersebut dan kelihatannya mereka cukup akrab. Sayapun menanyakan
kepada teman saya “siapa orang tersebut”. Lalu dijawab itu mantan gurunya waktu
SD.
Mungkin kita pernah mendengar cerita dari teman atau
kita-pun pernah mengalami langsung sebuah kejadian seperti yang kami alami
tersebut. Ketika kita sedang bersama teman dan bertemu dengan seseorang mungkin
teman kita menyapa orang tersebut. Nah kita bertanya siapakah orang yang anda
tegur, mungkin ada jawaban, “ oh..itu mantan guru saya.
Pernyataan inilah yang menurut saya kurang pas ketika kita
menempatkan seseorang berdasarkan profesinya. Maaf bagi saya tidak ada istilah
mantan guru atau bekas guru.
Memang saat ini kita sudah tidak lagi belajar ataupun
menerima ilmu pengetahuan dari mereka-mereka yang pernah menjadi guru kita. Ya
bisa saja karena jenjang belajar kita sudah usai bersama mereka karena sudah
lulus. Namun satu huruf, satu kata dan satu kalimat dan setiap simbol yang
mereka ajarkan kepada kita pernah terisi pada otak kita dan tidak akan pernah
pudar seiring waktu. Kalaupun kita lupa, mungkin di suatu waktu dan dilain kesempatan kita kembali
mengingatnya bahwa dulu saya pernah memperoleh pelajaran tersebut.
Ya..memang banyak pengertian yang mengatakan seseorang dikatakan
guru ketika dia masih aktif mengajar dan kita sendiri berinteraksi langsung
dalam proses belajar tersebut. Sebagaimana pengertian yang berkembang tentang
term guru yang merujuk pada pendidikn professional yaitu orang yang berprofesi
untuk mendidik, mengajar, melatih,
membimbing, mengevaluasi dan menilai.
Namun jika kita mencerna secara detil filosofi guru itu merupakan
orang yang memandu muridnya dalam memperoleh jalan kebenaran dan menuju jalan
kesuksesan. Tahap demi tahap atau disetiap jenjang pendidikan entah itu formal
maupun non formal seseorang di didik dan dibimbing menjadi seorang manusia yang
manusiawi.
Sehingga bagi saya tidak ada istilah mantan guru, bekas
guru, eks guru ataupun adagium bekas muridnya maupun beragam istilah lainnya.
Ya..ada juga polemik yang mengatakan seseorang dikatakan guru ketika dia masih
aktif mengajar dan kita sendiri berinteraksi langsung dalam proses belajar
tersebut. Namun yang namanya guru ya tetap seorang guru meskipun dia sudah
pensiun dan bahkan sampai ia sudah meninggal. Sampai kapanpun mereka tetap guru kita. Walaupun sudah dipisahkan
ruang dan waktu ataupun kita kembali pada ruang dan status yang sama dengan
mereka, mereka tetaplah guru kita. Guru yang membimbing kita, guru yang mendidik dan mengajarkan kita tentang sebuah obyek yang menjadi suatu pengetahuan.
Disinilah terjadi norma yang menjadi adab seorang murid terhadap gurunya. Adab yang diberi kemanfaatan dan keberkahan dari Yang Maha Kuasa harus tetap terjaga
dan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. sampai kapanpun mereka tetaplah guru
yang pernah membimbing kita dan menjahit kain perjalan hidup kita dalam dunia
pendidikan.
OLEH : X-SAN
OLEH : X-SAN
Sepakat pak, gak ada itu istilah bekas atau mantan guru :)
BalasHapusthanks...master
Hapus