Kamis, 29 November 2018

MENGENAL DIRI DALAM FILOSOFI HIDUP SUKU ENDE LIO



Kasus penistaan agama/pencemaran, dengan segala eskalasinya yang terjadi dibeberapa daerah beritanya meluas hingga ke seluruh pelosok negeri. Berbagai opini  terus berkembang baik pro maupun kontra akan kebenaran suatu keyakin. Pada ranah public selanjutnya diangkat menjadi sebuah grand thema untuk digoreng sedemikian rupa kemudian menggurita kemana-kemana.

Maaf…Saya tidak ingin berpolemik pada beberapa kasus penistaan agama dan suara-suara para pendukung yang pro maupun kontra ataupun membuat pernyataan pribadi bahwa keyakinan agama sayalah yang paling benar.

Pertanyaannya,… kenapa sih akhir-akhir ini keyakinan ilahiah selalu menjadi bahan empuk untuk dipermasalahkan. Kemudian ketika ada yang  menyentilnya orang-orang sangat sensitif dan  langsung marah?

Saya mencoba melihat dari sisi yang berbeda dalam kehidupan manusia yang sebenarnya telah tercantum dalam ajaran agama maupun dalam nilai kearifan lokal di masing-masing daerah. Akan tetapi hal tersebut kadang terlupakan sehingga belum terlintas dalam ingatan masyarakatnya yaitu tentang diri kita sendiri.  Mungkin karena kadang kita sibuk dengan rutinitas kehidupan kita sehari-hari.


Menurut saya dasar dari semua persoalan saat ini adalah diri kita sendiri. Kita mungkin keseringan melihat suatu fenomena diluar diri kita dan lupa untuk melihat tentang diri kita sendiri.

Ya..Diri kita sendiri sebagai subyek dan obyek dari sistem kehidupan yang dalam kosakata bahasa Indonesia disebut “Mengenal Diri”. 
Who I Am (Siapakah saya) sebenarnya filosofi tersebut dalam berbagai etnis dengan istilahnya masing-masing sudah ada. Demikian juga  dalam suku Ende  Lio yang disebut “Mbe’o Tebo” (mengenal diri).

Bagi orang Ende Lio terdapat salah satu  nasihat  dari para leluhur maupun Orang Tua   dengan kalimat mini yang terkesan biasa saja namun terkandung makna yang sangat dalam.
Kalimatnya dalam bahasa Ende Demi Mbe’o Peka Tembo, kau ngaza mbe’o  odza muri..demi mbe’o peka odza muri kau ngadza mbe’o Ngga’E.  ATAU Dalam Versi Bahasa Lio “Demi Mbe’o Tebo, kau Ngala Mbe’o Ola Muri..Demi ..Mbe’o Rowa Ola Muri Kau Ngala Mbe’o Du’a Gheta Lulu Wula Nggae Ghale Wena Tana.

Dua ungkapan tersebut memiliki arti yang sama yaitu  Jika Mengenal Diri maka Anda dapat mengenal  hidup dan kehidupan..jika sudah mengenal hidup dan kehidupan  maka anda akan mengenal Sang Pencipta.

Mbe’o Tebo (Mengenal Diri)...? Mungkinkah pertanyaan ini terlintas dalam benak kita. Atau Mungkin hanya sebuah ilusi belaka. Masa sih..diri sendiri harus saya kenal kembali ..harusnya orang lainlah yang mengenal diri saya


Baca Juga :BERPIKIR GLOBAL vs BERPIKIR LOKAL

Pertanyaan Mengenal Diri ini mungkin jarang terlintas dalam benak kita. Kalaupun sempat terlintas mungkin sekenanya saja. Mungkin juga ini tidak pernah mengusik kita di waktu-waktu senjang. Rutinitas pekerjaan ataupun aktifitas, beragam tanggung jawab dari keluarga, hubungan sosial dengan famili dan tetangga ataupun sibuk dengan bermedsos ria kadang menyita banyak waktu sehingga kita kurang memberi perhatian untuk bertanya tentang diri sendiri.

Cobalah kita bertanya dan menjawab  pertanyaan-pertanyaan sederhana.  Siapa sih saya? Siapa ayah ibu dan saudara-saduara saya? Di mana saya lahir? Kapan saya lahir, Dimana saya tinggal? Pertanyaan-pertanyaan ini tentu masih mudah untuk dijawab. Bagaimana kalau pertanyaannya sedikit  perluas.

Siapa saya? Siapa yang telah menciptakan saya? Apakah diri saya diciptakan dalam rupa yang sama dengan orang lain? Apakah bentuk organ tubuh saya antara satu dengan yang lainnya sama lalu kenapa harus direkatkan dalam satu raga?.  Kemudian untuk apa Tuhan menciptakan saya?  Dimanakah saya hidup serta dengan siapa saya hidup dan untuk apakah saya hidup? Apakah saya meyakini suatu kepercayaan ilahiah  dan untuk apakah saya meyakininya? Sudah benarkah apa yang saya yakini dan bagaimanakah saya menjalankan keyakinan saya?. Apakah yang saya lakukan sudah benar di hadapan Tuhan? Hingga usia berapakah saya hidup dan apakah yang sudah saya lakukan dalam kehidupan saya?

Beberapa  pertanyaan di atas mungkin tidak akan pernah selesai Anda jawab sampai akhir hidup Anda. Pertanyaan- siapakah Anda- misalnya, mungkin tidak akan terjawab. Apakah roh dan jiwa berbeda? Apakah pikiran dan hati juga berbeda? Di mana letak pikiran dan hati dalam diri?  Apakah tubuh dan jiwa bersatu? Apakah jiwa bisa eksis tanpa tubuh? Mungkinkah tubuh akan bersatu kembali setelah kematian? Kalau ya, bagaimana sosok eksistensi diri di dunia yang akan datang? Dan seperti apakah kehidupan  dunia setelah kematian? Pertanyaan-pertanyaan ini tidak akan terjawab secara tuntas. Tentunya masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang dapat kita ajukan pada diri kita sendiri dan kita sendiri pula yang menjawabnya. Diri Anda dan saya menyimpan misteri.


Memperhatikan Diri Sendiri

Cobalah sesekali berdiri di cermin dan perhatikan diri kita sendiri. Apakah semua anggota tubuh kita dapat terlihat? Samakah bentuk anggota tubuh kita antara mata, hidung, telinga, mulut dan semua anggota tubuh yang lain. Samakah mata kiri dan mata kanan? Samakah kuping kiri dan kuping kanan? Ko…tidak sama ya? Kenapa tidak sama bentuknya padahal ia melekat dalam satu badan. Lagi-lagi pertanyaan tersebut membutuhkan jawaban. Terkadang orang cukup lama berdiri di cermin namun itupun tidak semua bisa memperhatikan semua tentang dirinya. Namun ada yang dengan enteng dan sombong mengatakan “saya paling tahu tentang diri saya”. Hmm…Apa benar anda paling tahu tentang diri anda dan seberapa jauh anda mengenal diri anda?

Mengenal diri merupakan topik yang besar. Ada orang bijak yang mengatakan bahwa Anda tidak mungkin mengenal diri Anda sampai ajal menjemput. Banyak yang tidak akan terjawab mengenai diri Anda. Banyak hal yang tidak Anda tahu tentang eksistensi Anda, termasuk jalan hidup Anda. Siapa yang bisa  jamin bahwa Anda akan berhasil? Siapa yang jamin bahwa Anda akan gagal terus? Siapa yang bisa tahu nasib anda sebentar, besok, lusa dan seterusnya?

Ya..mengenal diri adalah sebuah misteri dalam diri manusia. Namun demikian, pengenalan diri tetaplah penting. Bila mungkin, pertanyaan ini sebaiknya terus direnungkan. Banyak yang belum terungkap tentang kekurangan dan kelemahan diri kita dan potensi-potensi yang tersimpan dalam diri kita masing-masing. Ketika anda bertanya dan menjawab  sendiri maka akan muncul pertanyaan-pertanyaan baru yang memerlukan jawaban.

Tapi itulah realitas diri sebagai manusia yang memiliki ego idea. Bahwa musuh terbesar dalam diri manusia bukan orang lain, ataupun makhluk lain tapi tapi musuh terbesar adalah dirinya sendiri. Ego yang tinggi dan merasa dirinya paling benar, paling pintar, paling berkuasa, paling kaya, paling hebat, dan serba paling lainnya suatu saat ia akan dipecundangi kembali oleh ke-palingannya. Ketika seseorang sombong dan lupa akan dirinya sendiri maka tunggulah disuatu waktu ia akan dijatuhkan oleh dirinya sendiri. Bukan siapa-siapa yang menjatuhkan tapi dirinua sendiri.
Maka dari itu, marilah kita lebih mengenal siapa gerangan diri ini yang sering disebut-sebut sebagai manusia dengan berbagai atribut perbedaan yang sudah  melekat dalam setiap diri kita..

Sehingga Mengenal diri merupakan salah satu kunci untuk menangkal berbagai ekses budaya yang masuk  dan hinggap pada suatu kaum maupun meredam konflik yang terjadi. Dia akan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Mana yang sesuai mana yang tidak. Oleh sebab itu, hati-hati dengan diri anda, jangan sampai terjebak dalam kesombongan dan keegoisan yang pada akhirnya akan membuat anda sengsara. Jadilah manusia yang tawadhu (rendah hati). Karena hanya dengan tawadhu anda akan disegani, dihargai, dan tentunya disukai banyak orang dan yang paling utama kenalilah

SEMOGA BERMANFAAT

OLEH X-SAN

Sumber Bacaan:

Teologi Transformatif

Pelajaran Ilmu Ba Zi, Kunci Mengenal Diri Sendiri



6 komentar:

  1. Dari tulisannya ada satu kesimpulan yang saya dapat. Terimaksih ilmunya kak

    BalasHapus
  2. wahh, belajar bahasa dan ilmu baru di sini. terima kasih sudah berbagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih juga..kita sama-sama untuk terus belajar dan sling berbagi

      Hapus
  3. Tulisan yang dalam dan lengkap. Salut, Om!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hanya sekedar asal nulis apa yang ada benak. Thanks apresiasinya

      Hapus