Bukan
rahasia umum jika perkembangan teknologi informasi telah melahirkan revolusi
dalam dunia komunikasi dan informasi dengan terciptanya ragam perangkat dan aplikasi
media sosial. Lalu lintas komunikasi dan
informasi sudah tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Sehingga di era digital, media
sosial mampu memposisikan diri sebagai
salah satu kebutuhan penting bagi manusia. Tentu dalam bayangan kita ketika
berbicara tentang media sosial pasti tertuju ke Facebook, Twitter, Whatsup, Messenger,
IG, YouToube dan lain sebagainya.
Hampir
sering kita temui orang yang menyendiri dengan perangkat smartphonenya. Ternyata
Ia sedang asyik berselancar di alam
media sosial dan kadang tak perduli dengan yang ada disekitarnya. Sehingga ada istilah yang berkembang, “media sosial dapat mendekatkan yang jauh
dan menjauhkan yang dekat”.
BACA JUGA : TIPE-TIPE PENGGUNA MEDIA SOSIAL
Awal
mulanya kehadiran media sosial hanya sebagai sarana komunikasi dan informasi antar
personal. Namun seiring waktu laju perkembangan media sosial sudah berubah menjadi
sarana publik dan merambah disegala lini kehidupan. Entah itu
dalam bidang pendidikan, lingkungan hidup, sosial budaya, agama, ekonomi, pertahanan dan
keamanan maupun bidang hukum, politik dan demokrasi. Teranyar yaitu urusan
tipu menipu, bohong membohong ataupun hujat menghujat. Kemudian pada ranah privasi-pun para pengguna medsos juga
mempublish hal-hal yang juga dapat diketahui
oleh publik. Selanjutnya terjadi interakasi atas setiap konten yang diposting
dan mengundang beragam aksi. Ya itulah media sosial yang dapat dikatakan
menjadi multi power yang multi effect.
Dalam
ranah demokrasi sangat nampak terlihat
dalam satu dekade ini . Jika dulu rakyat sulit untuk menyampaikan aspirasi. Namun sekarang demokrasi telah dibawa ke-alam maya hanya dengan satu genggaman semua aspirasi bisa
diketahui oleh publik maupun yang berkepentingan.
Demikian
juga dengan era persaingan politik. Hampir setiap urusan pemilihan umum baik
pilkada, pileg dan pilpres terekspose ke media sosial. Masing-masing calon
menjadikan media ini sebagai sarana promosi dan dilakukan secara masif dengan hastag yang ribuan. Tujuannya jelas
yaitu mempengaruhi rakyat sebagai pemilih. Mereka hadir dengan ragam tawaran
keunggulan, tagline dan simbol-simbol yang
berseliweran diantara iklan-iklan produk barang dan jasa. Apalagi menjelang
hari raya maka serbuan adverstising politik lalu lalang dan menyasar setiap pengguna
media sosial. Sekali send dan dishare oleh salah satu akun pengguna medsos, maka iklan tersebut dapat terlihat oleh follower lainnya. Disinilah kelebihan
dari adverstising medsos karena dapat
menyasar siapapun. Kontennya bisa digonta-ganti sesuai dengan keinginan selama masih
dalam batas kewajaran.
Sehingga
kehadiran media social menjadi kekuatan baru dalam dunia komunikasi dan
informasi. Baik dan buruknya media ini sangat tergantung dari para penggunanya.
Untuk itu jangan meremehkan kekuatan media
sosial karena bisa menyasar kemana-kemana tanpa dibatasi ruang dan waktu.
Sepakat, sosmed memang sudah sangat merasuk, diperlukan pemahaman literasi digital yang baik untuk mengubah wajah sosmed menjadi positif dan bermanfaat
BalasHapusSepakat, semangat literasi digital yang perlu digalakan karena banyak yang kebablasan dalam pemanfaatan media sosial
HapusSeperti kata Om Ihsan kekuatannya yang jangan diremehkan, oleh karena itu harus positif dalam menggunakannya. Aye! 🤗
BalasHapusHe...he..masih banyak yang meremehkan kekuatan medsos. padahal sekali pencet kontennya merembes.
HapusSosial media itu untuk kehidupan yang lebih baik..
BalasHapusTujuan awal aplikator media sosial memang untuk kebaikan, tapi sayang usernya kadang salah gunakan. sehingga saran bang Bisot itu penting perlu dibangun pemahaman literasi digital
Hapus