Senin, 17 Desember 2018

DHERA PAKIA; TRADISI HADIAH BAGI PENGANTIN PADA MASYARAKAT ADAT NDONA

Keluarga berkumpul dan menghidangkan hadiahnya untuk calon pengantin


Menikah adalah suatu moment yang sangat bahagia bagi dua insan manusia.  Seorang wanita dan seorang pria memadukan hatinya  dalam satu ikatan cinta kasih. Semua keluarga sanak saudara dan kerabat kenalan turut mempersiapkan dan ikut merayakan moment ini dengan do’a restu.

Disetiap daerah tentu memiliki tradisi masing-masing dalam rangkaian acara pernikahan. Sekalipun dalam satu daerah bisa saja ada perbedaan adat istiadatnya dalam proses pernikahan. Demikian juga dalam tradisi masyarakat adat Ndona Kabupaten Ende Propinsi Nusa Tenggara Timur.

Ya, kali ini saya mencoba untuk berbagi tentang salah satu proses dalam acara pernikahan pada masyarakat adat Ndona.

Pada masyarakat adat Ndona salah satu rangkaian dalam acara pernikahan adalah dhera pakia” (hidang pakaian). Secara harafiah “dhera“ artinya hidang dan “pakia” artinya pakaian. Namun dalam pemaknaannya "dhera pakia" merupakan pemberian kenang-kenangan berupa pakian bagi calon pengantin yang berasal dari keluarga dan kerabat dekat pengantin.

Moment ini biasanya dilaksanakan malam hari sebelum seremonial pernikahan yang akan dilangsungkan esok hari. Semua keluarga dan kerabat dekat hadir dengan membawa hadiahnya masing-masing untuk diberikan kepada calon pengantin.

Biasanya pihak-pihak yang akan memberikan hadiah kepada calon pengantin antara lain:
-   Orang tua kandung (jika orang tua kandung semua sudah meninggal maka anak laki-laki pertama yang bertanggung jawab).
-  Saudara  laki-laki yang sekandung ataupun satu keturunan  dengan ayah.
-    Saudara laki-laki yang sekandung dengan calon pengantin wanita.
-    Saudara laki-laki yang sekandung dengan ibu.



Acara ini dihadiri dan dipandu oleh seorang tokoh adat ataupun sesepuh dalam rumpun keluarga yang juga disimbolkan  sebagai saksi pada moment ini.

Masing-masing keluarga ataupun kerabat dekat akan menghidangkan pemberiannya dihadapan calon pengantin wanita dan pria dan hadirin yang lain. Meskipun tidak disebutkan jenis hadiahnya, namun ketika hadiah tersebut dihidangkan, maka pengantin akan melihat hadiah dari masing-masing keluarga tersebut.

Barang yang diberikan  kepada calon pengantin seperti sarung (tenun ikat), ragi mite (kain hitam untuk pria) ataupun sarung tekstil, baju pria maupun baju bodong untuk wanita, sandal, sepatu, dan beberapa aneka pemberian lainnya. Semua jenis pemberian tergantung dari keiklasan dan kemampuan dari keluarga.

Masing-masing keluarga menaruh hadiah pada nyiru atau dulang ataupun  benda lain yang berbentuk ceper dan lebar. Kemudian ketika dipanggil oleh pemandu acara maka istri ataupun saudari dari keluarga yang berkepentingan akan membawa barang pemberian dan menghidangkannya di hadapan pengantin.


Setelah proses ini usai, dimalam itu juga orang tua, paman ataupun yang sesepuh adat akan menasehati calon pengantin berdua tentang kehidupan berumah tangga dan bermasyarakat. 

Seringkali moment ini terjadi sebagai  moment yang haru karena selain nasehat-menasehati biasanya pengantin wanita ataupun pria akan menyampaikan permohonan maaf dan memohon ijin serta restu dari keluarga karena ia esok akan melangsungkan pernikahan dan memasuki kehidupannya yang baru yaitu kehidupan berumah tangga.

OLEH X-SAN D


Minggu, 16 Desember 2018

MENAPAKI JEJAK ISLAM DI NDONA

Istana Raja Ndona (Bhaki Bani) di Wolowona (Sumber : Collectie Tropenmuseum)


Menelusuri jejak Islam di Ndona maka pengkajiannya tidak terlepas dari sejarah masuknya Agama Islam di Pulau Flores dan  Ende khususnya.   Tulisan ini  hanya    mencoba   untuk menelusuri lembaran  peristiwa masa lampau yang masih menjadi misteri. Ulasan kecil ini juga bukan  untuk membuat suatu pertentangan ataupun klaim tentang Agama mana yang lebih dahulu masuk ke Pulau Flores ataupun di Kabupaten Ende maupun di Ndona khususnya. 

Konteks uraiannya adalah merajut benang sejarah yang masih tercecer yang seharusnya diwariskan kepada setiap generasi. Namun minimnya literatur dan penuturan-penuturan lisan sehingga tulisan ini masih dalam konteks menggali atau menelusuri jejak masuknya agama Islam di Ndona.

Masjid Al-Bai'Ah Wolowona

Memang pada sisi lain jejak peradaban Islam di Ende-pun belum terungkap dengan jelas dan terdapat ragam cerita. Namun ini hanyalah langkah awal untuk memulai sebuah pengkajian bagi setiap pihak yang concern dengan history peradaban.

Karena itu, kami-pun  mengharapkan jika ada pembaca yang dapat memberikan kontribusi pemikiran ataupun ikut menyulam alur sejarah yang masih tercecer tentang peradaban Agama baik di Pulau Flores, Kabupaten Ende ataupun di Ndona khususnya agar dapat diketahui benang merah dari peradaban Agama Islam di Ndona.

Dari beberapa sumber  yang dihimpun  bahwa sekitar abad ke 15 Agama Islam masuk pertama kali di Nusa Tenggara Timur disebar oleh seorang ulama dari Palembang yang bernama Syahbudin bin Salman Al Faris yang dikenal dengan nama Sultan Menanga. Ia kemudian melakukan ekspansi ke Ende, Alor hingga ke Sumba.
Mengutip hasil penelitian dari penulis buku tentang sejarah Islam di NTT, Munandjar Widiyatmika bahwa agama Islam sudah hadir di Ende  dan Pulau Flores sekitar abad ke-15  atau sekitar tahun 1500-an.
 
Masjid Baiturahman Kanakera Kelurahan Onelako Ndona
Penyebaran agama Islam ini juga dilakukan ulama-ulama pedagang dari Arab, Jawa,  Bima, Ternate dan Sulawesi (Bugis, Bone, Gowa). Mereka kemudian berbaur dan tinggal dengan penduduk  setempat dan menyebarkan agama Islam hingga sampai ke Wolowona dan Ndona. Tidak diketahui persis siapa yang membawa agama Islam di Ndona dan siapa yang pertama kali memeluk agama islam di Ndona. Namun dari penuturan turun temurun bahwa sejak dahulu kala orang Ndona sudah menjalin hubungan kerja sama dengan orang Ende dan sudah ada penduduk yang beragama Islam.

Dalam Buku Kapita Selecta NTT, 2007, tertulis,  bahwa pada abad ke 19, Kerajaan Ende, Nangapanda dan Ndona telah menjadi kerajaan Islam. Raja dan para penduduknya telah memeluk agama Islam. Jika ditelusuri maka data tersebut berpijak pada tahun era 1900-an dimana para penduduk yang berada di pesisir pantai dan sekitarnya sudah memeluk agama Islam dan saat itu sudah terjadi gesekan-gesekan antara masyarakat dengan penjajah Belanda (VOC).

Namun jika mengikuti ulasan  Satoshi yang mengemukakan bahwa pada abad ke 15 Ende sudah menjadi kerajaan Islam. Pendiri kerajaan Ende adalah seorang pria dari Jawa. Beliau menikahi puteri tuan tanah di Ende. Sehingga ia diberi kekuasaan dan hak-hak atas beberapa tanah Ende oleh ayahnya mertuanya. Kemudian ia mendirikan dinasti Ende (Kerajaan Ende). Ia adalah raja pertama bernama Djari Jawa sekitar abad 15. Nama asli Djari Djawa adalah Raden Husen Djajadinigrat, seperti nama Islam Jawa.



Masjid an-Nur Nuakota Desa Manulondo Ndona
Pada masa ini, kerajaan Ende berdiri secara tradisional tanpa sentuhan pengaruh penjajah. Namun kerajaan ini tidak berkembang karena sistem kerajaan yang pada waktu itu tidak dikelola dengan baik, sehingga terjadi kemunduran dalam waktu yang cukup lama. Di masa 1800 Indradewa kembali menghidupkan Kerajaan Ende dan membangun hubungan dengan beberapa kerajaan terdekat seperti kerjaan Bima, Gowa dan Bugis.

Meskipun terdapat perbedaan versi namun dapat  dikatakan bahwa dimasa tersebut Islam sudah berkembang di Ende dan dimasa itu pula telah terjadi hubungan antara masyarakat setempat.
Sementara itu FX. Sunaryo dalam hasil risetnya mengemukakan bahwa pada tahun 1614 di Pulau Ende sebagian penduduknya bergama Kristen. Kemudian terjadi penculikan terhadap tokoh masyarakat setempat yang menjadi pemimpin umat kristen di Pulau Ende saat itu. Mereka yang diculik yaitu Salvador Carvalhaes, seorang guru agama, Pedro carvalhaes (pemimpin umat), dan Manuel da Lima (berusia 40 tahun) juga pemimpin umat. Ketiganya diculik oleh umat Islam Pulau Ende dan dibuang ke Volowona (Wolowona) yang berada dalam wilayah Ndona. Di sana orang-orang Islam yang ada di Wolowona memaksa ketiganya agar membuang agama mereka dan masuk agama Islam. (Sejarah Kota Ende, FX Soenaryo dkk, 2006 ).

Dari ulasan di atas apakah dapat dikatakan bahwa Islam sudah ada di Ndona sebelum tahun 1614?. Mungkin jawaban sementara bisa saja dikatakan demikian.

Umat Islam di Masjid Baiturahman Kanakera Ndona

Pada masa politik etis, Belanda mengangkat seorang Raja untuk landskap Ndona. Bhaki Bani yang beragama Islam (dalam versi Belanda Mbaki Bani) ditunjuk sebagai Raja Ndona. Penunjukan Raja Bhaki Bani ini dibuktikan  dengan dokumen Belanda bernomor Id. 10 Oktober 1917 No.21 dengan munguasai Landscap Ndona.

Dari penuturan para tetua umat muslim  Ndona, mengatakan bahwa masjid yang berdiri pertama kali di Ndona yaitu di Wolowona yang saat itu menjadi pusat kerajaan Ndona. Jika dibulan Ramadhan setelah shalat Maghrib para orang tua dan pemuda dari beberapa kampung yang ada di Ndona akan menuju ke Wolowona untuk melaksanakan shalat tarawih. Meskipun harus berjalan kaki dengan menempuh jarak kurang lebih 3 km, namun karena di Wolowona sudah banyak orang-orang yang lebih memahami tentang agama Islam sehingga mereka lebih memilih tarawih di Wolowona. 

Di Masjid Wolowona sambil menunggu sahur  mereka biasanya mendengar tauziah, belajar tentang Agama Islam ataupun membaca diba-an maupun berdzikir hingga menjelang sahur baru mereka kembali ke rumahnya masing-masing.

Setelah itu berdiri satu buah Musholah di Nualolo yang selanjutnya di robohkan. Lalu didirikan pula Musholah di Nuakota dan berlanjut ke beberapa tempat yang ada di Ndona yang bangunannya masih utuh hingga kini.

Namun uraian singkat di atas belum menjadi suatu kesimpulan sebagai suatu jawaban atas misteri jejak peradaban agama islam di Ndona. Masih perlu sebuah usaha untuk mengungkap kembali jejak-jejak yang masih kabur. Dengan ketiadaan dokumen-dokumen pendukung maupun minimnya pengetahuan lisan diperlukan pikiran bersama untuk menjadikan suatu dokumen pewaris bagi generasi yang akan datang.

Sebagai penutup saya coba mengutip kata-kata Daniel Dhakidae bahwa beberapa saran kecil sebagai pegangan bagi kita untuk mengkaji berdasarkan pengalaman sederhana dalam meneliti local history di satu wilayah kecil.  Oral history (tuturan lisan) adalah salah satu sumber terbesar dalam meneliti masalah sejarah.
Umat Islam di Ndona melaksanakan shalat Idul Fitrih
Namun oral history perlu dipakai dengan ekstra hati-hati. Nilai positif dari oral history adalah rekaman yang berada di dalam collective memory dari masyarakat yang boleh dikatakan “tidak memiliki sejarah”. Namun, collective memory tersimpan dengan rapih dalam beberapa tempat berikut ini:

Individu-individu yang tua maupun yang muda karena masing-masing memperoleh warisan tradisi lisan turun-temurun. Meskipun boleh dikatakan bahwa semua memiliki itu akan tetapi para local genius adalah orang-orang yang karena pengetahuan dan wibawa adat bisa diandalkan sebagai sumber yang bisa dipegang. Dengan demikian local knowledge bisa dimanfaatkan dengan seefektif mungkin. Di sini pun perlu hati-hati karena wibawa pengetahuan seorang narasumber lokal tidak cukup, karena harus disertai pula oleh wibawa moral sehingga reliabilitas bisa menjadi pegangan para peneliti (Daniel Dhakidae budayawan dan peneliti senior dari NTT)

Judul yang agak nyeleneh di atas semata-mata bertolak dari keangkuhan bahwa sejarah hanya dalam bentuk tertulis, sedangkan sejarah lisan sama sekali tidak bisa dipertanggungjawabkan. Meskipun kita menolak keangkuhan ini, namun satu kenyataan sama sekali tidak bisa ditolak karena, sejauh  pengetahuan saya,  di luar itu tidak ada kelompok masyarakat Ndona yang memiliki dokumen tertulis. Yang tersedia semata-mata oral history.

Jejak peradaban agama Islam di Ndona memang tidak terdokumentasi dengan baik namun Islam di Ndona sudah berkembang dan telah membaur dengan kehidupan masyarakat setempat. Meskipun dalam masyarakat Ndona yang berbeda secara keyakinan agama, namun kehidupan umat beragama di Ndona tepalah harmonis. Dalam aktifitas sosial kemasyarakatn dan acara-acara keagamaan atau pembangunan rumah ibadah sesama umat beragama tetap saling bahu membahu.




Sabtu, 15 Desember 2018

WANDA PA’U; TARIAN KEAKRABAN MASYARAKAT ENDE LIO

Ibu-ibu Menari Wanda Pa'u Dalam sebuah Acara Pernikahan

Setiap  masyarakat memiliki adat dan budaya sendiri. Tidak memandang dia masyarakat modern atau tradisional. Masing-masing daerah dengan  komunitas masyarakatnya memiliki budaya dan tradisi termasuk tarian.

Pada masyarakat Ende Lio salah satu tarian yang terkenal adalah "WandaPa’u". Wanda artinya tarian dan pa’u artinya over atau lempar. Sehingga dapat diterjemahkan Wanda Pa’u adalah tarian saling mengover.

Tentu ada pertanyaan apa yang di over dalam tarian tersebut?. Yang di over adalah selendang. Setiap penari yang menggunakan selendang akan mengover selendang tersebut kepada orang lain yang dituju.
Mahasiswa UGM Menari bersama warga masyarakat

Mahasiswa UGM menari wanda pa'u
Gerakannya bebas dan tidak terikat yang akan diiringi oleh musik dan lagu Ende Lio. Namun sering juga diiringi dengan musik tradisional seperti feko genda (suling dan gendang) ataupun nggo lamba (gong dan tambur).

Tarian ini awalnya didahului oleh beberapa penari yang sudah memegang selendang. Durasi waktunya tergantung dari si  penari  itu sendiri. Entah dia mau menari hanya setengah  menit atau beberapa menit terserah dari si penari kemudian dia akan mengover selendang itu kepada orang lain. Orang yang menerima selendang selanjutnya bangun untuk menari dengan durasi yang tidak menentu lalu dia akan mengover kembali kepada orang lain. Gerakannya tergantung penari dengan mengikuti irama lagu dan music.

Makna dari tarian wanda pa’u merupakan suatu wujud keakraban dan ungkapan  bahagia antara sesama masyarakat. Ia tidak membedakan orang itu pendatang atau masyarakat asli namun ketika berada dalam suatu komunitas orang Ende Lio orang itu  adalah saudara, sahabat dan keluarga.
Tarian ini biasanya terjadi dalam acara-acara kegembiraan seperti pernikahan,  kunjungan tamu dari luar daerah, ataupun dalam upacara-upacara adat. Suatu acara yang bernuansa kegembiraan tidak akan lengkap jika tidak ada tarian ini.

Presiden Soekarno menari wanda pa'u saat berkunjung ke Ende  (Sumber Collecte Tropenmuseum)

Mungkin ada yang tidak percaya jika Presiden RI pertama Soekarno pernah menari wanda pa’u. Dalam catatan sejarah, setelah Indonesia merdeka, Presiden Soekarno tiga kali berkunjung ke tempat pengasingannya di Ende. Yakni pada 1951, 1954 dan 1957. Sehingga karena kecintaannya akan Ende dan menyadari Ende sebagai Nusa ilham dasar Negara, Soekarno juga mengatakan bahwa “Ja’o Ata Ende” (Saya Orang Ende). Pada moment kunjungan ini, soekarno kembali berbaur dengan masyarakat Ende Lio saat itu dan menari Wanda Pa’u bersama sebagai ungkapan bahagia dan wujud persaudaraan dengan sesama.

Inilah Video Tarian Wanda Pa'u. Song : Goma  By : Tiga Dara Asri 




Jumat, 14 Desember 2018

LAGU “ CINTA LUAR BIASA” TERNYATA DICIPTAKAN PUTRA KETURUNAN ENDE


Faisal Resi Pencipta Lagu Cinta Luar Biasa (Sumber Foto: Facebook Faisal)


Putra-putri NTT mulai menunjukan skillnya pada blantika Musik Indonesia. Setelah lagu “KARENA KU SAYANG” yang dipopulerkan oleh Near dan  Dewi Soroewa hingga meraih penghargaan dari Google Award, kini kembali hits lagu “CINTA LUAR BIASA”.  

Lagu yang sedang populer menjelang akhir tahun 2018 dinyanyikan oleh Andmesh Kamalen Grand finalis Rising Star Indoensia yang ditayangkan RCTI pada tahun 2017.  Pemuda Yatim kelahiran 1997 Asal pulau Alor NTT ini  mampu menghipnotis penikmat lagu Indonesia dengan suaranya  yang merdu.

Faisal Bersama Sang Ibu (Sumber : Facebook Faisal)
Sekilas lagu ini menceritakan tentang seorang pria sederhana yang terpesona pada seorang wanita dari keluarga kaya. Tapi ia tidak mampu mengungkapkan perasaannya dan hanya menjadi pengagum rahasia.

Namun siapa sangka, lagu yang sudah mencapai 5.016.420  viewers di situs youtoube (kondisi 14 Desember 2018 pkl. 11.00 wita) diciptakan oleh putra keturunan Ndona Ende Flores.

FAISAL RESI namanya. Putra bungsu dari Alm. Kasim Resi dan Ibu Fatma yang saat ini berdomisili di Jalan Nangka Kota Kupang. 

Talenta musik dan menyanyi turun dari ibunya yang juga merupakan mantan penyanyi Band lokal di kampung halamannya di Ndona. Sedangkan almarhum ayahnya merupakan penyuka dan pemain sepak bola meskipun hanya dilevel kampung. Akan tetapi bakat ini  teregenerasi pada tiga bersaudara, Nunung, Yasin dan Faisal.

Faisal Resi Bersama Sang Kakak (Sumber foto Facebook Faisal)
Hanya ketiga cucu dari Alm. Yakobus dan Jami’a ini memilih jalur yang berbeda-beda dalam mengolah talentanya. Si sulung Nunung lebih suka menyanyi dan menjadi qariah.  Yasin sebagai anak kedua memilih menjadi pemain bola dan menjadi dancer. Sedangkan si bungsu Faisal mengkombinasikan kedua bakat dari ayah dan ibunya menjadi pemain bola dan musisi di kota kupang.

Faisal dan Andmaesh Kamaleng (sumber Foto Facebook Faisal)
Dalam lagu Cinta Luar Biasa,  Faisal Resi memang menjadi orang yang berperan dibelakang layar. Teman dari Andmesh ini menciptakan lagu bagi Andmesh yang saat itu sedang berlibur ke Kupang. Bak gayung bersambut lagu tersebut diajukan kepada pihak label dan disetujui sebagai album kedua dari Andmesh.

Ketika dirilis pihak label pada bulan November 2018, lagu Cinta Luar Biasa langsung hits dan meraih tempat tersendiri pada para pencinta music Indonesia. Ribuan warganet  mengapresiasi lagu yang diciptakan oleh Faisal Resi ini.

Kedua anak yatim, Andmesh sebagai  sang vocalis  dan Faisal Resi sebagai pencipta lagu telah membawa pendengar lagu tersebut  pada nuansa romantisme

Ada warganet yang memberikan atensinya bahwa mereka hingga BAPER "(terbawa perasaan)" dengan kisah dalam lagu tersebut. Meskipun terkesan ringan namun ditunjang dengan suara merdu Andmesh, nuansa romantismenya kian terasa.

Teruslah berkreasi  Faisal Resi dan Andmesh, karena kreatifitas itu tanpa batas ruang dan waktu.

Berikut Lirik Lagu "Cinta Luar Biasa"


Waktu pertama kali ku lihat dirimu hadir
 Rasa hati ini inginkan dirimu
Hati tenang mendengar suara indah menyapa
Geloranya hati ini tak ku sangka

Rasa ini tak tertahan
Hati ini slalu untukmu

Reff.
Terimalah lagu ini dari orang biasa
Tapi cintaku padamu luar biasa
Aku tak punya bunga aku tak punya harta
Yang kupunya hanyalah hati yang setia
Tulus padamu

Hari hari berganti kini cinta pun hadir
Melihatmu memandangmu bagaikan bidadari
Lentik indah matamu manis senyum bibirmu
Hitam panjang rambutmu anggun terikat
Rasa ini tak tertahan
Hati ini slalu untukmu

Reff 
Terimalah lagu ini dari orang biasa
Tapi cintaku padamu luar biasa
Aku tak punya bunga aku tak punya harta
Yang kupunya hanyalah hati yang setia Tulus padamu







Kamis, 13 Desember 2018

BENCI DENGAN KASIHAN; DIFABEL BANGKIT DENGAN KREASI UNIK.

Archy Said Difabel dengan karya  grafir

Bermula dari menerima share postingan facebook,  saya terkesima dengan karya unik seorang remaja difabel. Namanya Archy Said, warga RT 02 Desa Manulondo Kecamatan Ndona Kabupaten Ende. 

Sebelumnya saya memang  sudah mengenal sosok ini. Namun semenjak ia mengalami  musibah saya sudah jarang bertemu apalagi mengetahui perkembangannya. Hingga ia muncul dengan karyanya  yang unik  dan menggugah rasa kagum serta salut dengan semangat anak ini.  

Menyimak  postingannya, naluri menulis mulai terngiang-ngiang dibenak.  Update status saya di akun facebook tentang semangat dan kreasi uniknya mendapat  banyak respon.  Hingga  salah satu rekan dari RRI Pro 2 Ende berkomunikasi dengan saya untuk bertemu dengan anak tersebut.
Bersama Bung Armando (Crew RRI Pro 2 Ende) saat berkunjung ke kediaman Archy
Sayapun menghubungi Archy untuk menanyakan kesediaannya. Alhamdulillah beliau bersedia. Hari Sabtu, 22 September 2018  pukul 16.30,  bersama wartawan RRI Pro 2 Ende (Bung Armando Abdullah), kami bertandang ke kediaman Archy.

Diawal pertemuan, bukan muncul rasa kasihan dengan kondisi fisik archy yang sudah tidak normal seperti dulu.  Saya dan bung Armando terpana dengan karya grafir yang dipampang di kamarnya.
Armando dengan naluri pers-nya mulai menginterview archy. Dari  kondisi fisik maupun karya-karya yang sudah dibuatnya. Archy-pun  bercerita awal mula hingga ia mengalami cacat kaki.

“Tahun 2012, saat itu dia masih di kelas 2 SMKN 2 Ende. Pagi hari ketika  berangkat ke sekolah, angkot yang penumpangnya rata-rata anak sekolah mengalami kecelakaan dan terbalik di seputaran Ndona. Meskipun tidak ada korban jiwa namun Archy menjadi satu-satunya penumpang yang mengalami cederah parah karena kakinya dijepit bodi angkot.

Sejak saat itu  orang tua dan keluarganya terus berupaya untuk  menyembuhkan kakinya bahkan hingga ke Jakarta. Namun apa mau dikata,  kondisinya tetap tidak stabil hingga ia mengalami cacat kaki dan tidak bisa berjalan.

Menurut Archy, “awalnya Ia memang sempat mengalami depresi dengan kondisi fisiknya,”  “Jika dulu ia  mau kemana saja tanpa ada hambatan,”. Namun sejak musibah tersebut pergerakannya sudah terbatas meskipun dibantu kursi roda. Impian sekolahpun buyar karena harus melakukan pengobatan dengan rentang waktu yang cukup lama.

Seiring waktu, dengan pendampingan dan motivasi dari orang tua serta keluarga, ia mampu melewati masa-masa depresi. Ia akhirnya bangkit dari keterpurukan karena perasaan jengkel. Jengkel dengan kata kasihan yang ditujukan kepadanya.

Menurut Arkhy, “Setiap orang yang menjenguk saya selalu mengucapkan kata-kata KASIHAN”. Karena keseringan mendengar kata-kata tersebut, saya menjadi benci dengan kata “kasihan”.  Hingga terbersit dalam pikiran “saya masih punya tangan, masih punya otak,  anggota tubuh saya yang lain juga masih bisa berfungsi. Ini mungkin teguran dan hikmah dari Ilahi dan saya harus melakukan sesuatu agar orang tidak berbicara dengan kasihan ketika melihat saya, tetapi melihat karya saya”.

Awalnya Ia  mulai berkreasi dengan barang-barang bekas  seperti membuat hiasan lampu dari batok kelapa, miniatur motor gede (moge) dari bungkusan rokok atau kaleng bekas, robot-robotan dari pemantik bekas ataupun miniatur mobil dan bus yang juga dari barang-barang bekas. Hasil karyanya dipasarkan dimedia sosial. Hingga pada suatu kesempatan di media facebook ia bertemu dengan salah seorang seniman grafir kaca dari Mojokerto. Ia-pun  tertarik dengan karya-karya seniman Mojokerto tersebut.

Archy-pun membangun komunikasi dengan sang seniman dari Mojokerto. Namun awalnya sang seniman tersebut tidak percaya dengan cerita Archy tentang kondisi fisik dan tekad arkhy. Namun dari media videocall sang seniman akhirnya melihat langsung kondisi Archy.  Hingga akhirnya sang seniman Mojokerto memutuskan untuk membimbing Archy.

Hasil Karya Archy (sumber foto; facebook Archy Said)
Dengan belajar otodidak dan bimbingan jarak jauh dari seniman grafir di Mojokerto  Archy akhirnya bisa membuat karya sendiri. Ia-pun memasarkan karyanya pada media sosial. Alhamdulillah beberapa  orderan  lukisan grafir selain dari daerah NTT juga dari luar NTT  hingga luar negeri.

Dari cerita Archy said, saya dan Bung Armando tidak hanya terdecak kagum dengan karyanya yang  unik. Kami patut mengangkat topi dan salut dengan semangat beliau untuk bangkit dari keterpurukan dan berkarya dari keterbatasan fisiknya.

Ya, memang banyak orang difabel yang sukses. Tapi  butuh waktu bagi orang yang awalnya normal kemudian mengalami cacat fisik untuk bangkit dan membuat suatu karya.

Pasca wawancara dengan Bung Armando dikediamannya, RRI Pro 2 Ende dalam satu segmen acaranya beberapa kali mengundang Archy sebagai narasumber. Sejak saat itu orderan lukisan grafir semakin banyak.

Dalam benak saya muncul pertanyaan, “Jika yang difabel mampu bangkit dengan kreasi dalam keterbatasan, kenapa sebagian orang yang normal masih terkungkung dengan pola pikir yang stagnan dan mudah putus asa?

Inilah beberapa hasil karya Archy Said (Sumber Gambar Facebook Archy Said: https://www.facebook.com/arky.nko)

BAGI YANG BERMINAT
LAMPU HIAS ACRILIK MIKA
Kontak order ARCHY SAID
 : 085338388975
   082235572088








Dan inilah video wawancara kami dengan Archy Said.














Rabu, 12 Desember 2018

BERMAIN DAN PERMAINAN




Mungkin ketika berbicara tentang kata bermain, tentu ada sebagian yang akan mengarahkan pikirannya dengan anak-anak. Ya, karena dunia anak  lekat dengan aktifitas bermain. Bahkan banyak riset dan persepektif para ahli yang menerjemahkan aktfitas bermain dengan  anak-anak. Tak ada yang salah karena tergantung obyek dan sudut pandang.

Namun pertanyaannya, apakah aktifitas bermain itu hanya terjadi pada anak-anak? "Jawabannya tidak".  Dalam lika-liku kehidupan seseorang, bermain  merupakan hal yang biasa dan universial. Setiap orang akan melakoni aktifitas yang namanya bermain. 

Bermain tidak mengenal batas usia. Bermain selalu lekat dengan kehidupan manusia baik itu anak-anak, remaja maupun orang dewasa dan bermain adalah hak setiap orang. Yang membedakannya hanyalah pada jenis permainan dan waktu bermain.

Menurut  Teori Psikologis, permainan merupakan penampilan dorongan- dorongan yang tidak disadari pada anak-anak dan orang dewasa. Ada dua dorongan yang paling penting menurut  Alder ialah : dorongan berkuasa, dan menurut Freud ialah dorongan seksual atau libidi sexualis. Alder berpendapat bahwa, permainan memberikan pemuasan atau kompensasi terhadap perasaan- perasaan diri yang fiktif. Dalam permainan juga bisa disalurkan perasaan-perasaan yang lemah dan perasaan- perasaan rendah hati.(*matakota.id.news)

Sehingga Siapa bilang bermain hanya untuk anak-anak? Faktanya, orang dewasa juga memiliki kebutuhan akan hal ini. Pertanyaan yang muncul berikutnya adalah, apa dampak yang diperoleh orang dewasa ketika mereka bermain? Tentu saja, selain perasaan senang dan lebih rileks, ternyata bemain juga bisa membuat kinerja otak menjadi lebih optimal dan produktif.

Beberapa artikel kedokteran dan penelitian banyak yang  menerbitkan jurnal-jurnal resmi yang menyatakan bahwa otak adalah organ yang adaptif dan dapat dipengaruhi oleh kebiasaan sehari-hari termasuk bermain. Otak layaknya otot, akan menurun kemampuannya jika tidak dilatih. Sebaliknya, jika seseorang rutin melatih otak dengan serangkaian kegiatan positif, maka hasilnya akan luar biasa.
Hakekat bermain adalah  seseorang memiliki kesempatan untuk menggunakan potensi panca indranya. Dari hasil tangkapan panca indra dia akan mengasah kemampuan motorik, kognitif dan imajinatifnya.

Ya, boleh dikatan bermain adalah kebutuhan bagi setiap orang  yang dapat  dilakukan kapan saja, dimana saja, dengan siapa saja, dan menggunakan apa saja. Seseorang bahkan bisa menikmati kesenangan bermain hanya dengan menggunakan imajinasinya. Ia akan memperoleh suatu effek  dari aktifitas bermainnya dan hanya akan di dapat apabila ia senang melakukannya. Sehingga suatu aktifitas hanya dapat dikatakan aktifitas bermain apabila seseorang itu memutuskan apa yang akan dia mainkan dan bagaimana memainkannya serta apa dampaknya.

Suatu permainan akan memiliki efek positif jika digunakan untuk kepentingan mengembangkan aspek psikologi dan fisik. Namun permainan juga akan membawa dampak negatif jika digunakan sebagai obyek untuk disalah gunakan. Misalnya, game-game yang dijadikan sebagai media perjudian.
Sebuah kalimat bijak  mengatakan “Jika bermain  dalam suatu permainan maka jadilah pemain yang tidak sekedar main-main. Namun janganlah bermain-main dalam suatu permainan jika  tidak  ingin dipermain-mainkan”.