Keluarga berkumpul dan menghidangkan hadiahnya untuk calon pengantin
Menikah adalah suatu
moment yang sangat bahagia bagi dua insan manusia.Seorang wanita dan seorang pria memadukan hatinyadalam satu ikatan cinta kasih. Semua keluarga
sanak saudara dan kerabat kenalan turut mempersiapkan dan ikut
merayakan moment ini dengan do’a restu.
Disetiap daerah tentu memiliki
tradisi masing-masing dalam rangkaian acara pernikahan. Sekalipun dalam satu daerah bisa saja ada perbedaan adat istiadatnya dalam proses pernikahan. Demikian juga dalam tradisi masyarakat adat Ndona
Kabupaten Ende Propinsi Nusa Tenggara Timur. Ya, kali ini saya mencoba untuk berbagi tentang salah satu proses dalam acara pernikahan pada masyarakat adat Ndona.
Pada masyarakat adat
Ndona salah satu rangkaian dalam acara pernikahan adalah “dhera pakia” (hidang pakaian). Secara harafiah “dhera“ artinya hidang dan “pakia”artinya pakaian. Namun dalam pemaknaannya "dhera pakia" merupakan pemberian kenang-kenangan berupa pakian bagi calon pengantin yang
berasal dari keluarga dan kerabat dekat pengantin.
Moment ini biasanya dilaksanakan
malam hari sebelum seremonial pernikahan yang akan dilangsungkan esok hari. Semua
keluarga dan kerabat dekat hadir dengan membawa hadiahnya masing-masing untuk
diberikan kepada calon pengantin.
Biasanya pihak-pihak yang akan memberikan hadiah kepada calon pengantin antara lain:
-Orang
tua kandung (jika orang tua kandung semua sudah meninggal maka anak laki-laki
pertama yang bertanggung jawab).
- Saudara laki-laki yang sekandung ataupun satu keturunandengan ayah.
-Saudara
laki-laki yang sekandung dengan calon pengantin wanita.
Acara ini dihadiri dan
dipandu oleh seorang tokoh adat ataupun sesepuh dalam rumpun keluarga yang juga
disimbolkansebagai saksi pada moment
ini.
Masing-masing keluarga ataupun
kerabat dekat akan menghidangkan pemberiannya dihadapan calon pengantin wanita
dan pria dan hadirin yang lain. Meskipun tidak disebutkan jenis hadiahnya,
namun ketika hadiah tersebut dihidangkan, maka pengantin akan melihat hadiah
dari masing-masing keluarga tersebut.
Barang yang
diberikankepada calon pengantin seperti
sarung (tenun ikat), ragi mite (kain
hitam untuk pria) ataupun sarung tekstil, baju pria maupun baju bodong untuk
wanita, sandal, sepatu, dan beberapa aneka pemberian lainnya. Semua jenis pemberian
tergantung dari keiklasan dan kemampuan dari keluarga.
Masing-masing keluarga
menaruh hadiah pada nyiru atau dulang ataupunbenda lain yang berbentuk ceper dan lebar. Kemudian ketika dipanggil
oleh pemandu acara maka istri ataupun saudari dari keluarga yang berkepentingan akan
membawa barang pemberian dan menghidangkannya di hadapan pengantin.
Setelah proses ini usai, dimalam
itu juga orang tua, paman ataupun yang sesepuh adat akan menasehati calon
pengantin berdua tentang kehidupan berumah tangga dan bermasyarakat. Seringkali
moment ini terjadi sebagaimoment yang
haru karena selain nasehat-menasehati biasanya pengantin wanita ataupun pria akan
menyampaikan permohonan maaf dan memohon ijin serta restu dari keluarga karena
ia esok akan melangsungkan pernikahan dan memasuki kehidupannya yang baru yaitu
kehidupan berumah tangga.
Istana Raja Ndona (Bhaki Bani) di Wolowona (Sumber : Collectie Tropenmuseum)
Menelusuri jejak Islam di Ndona maka pengkajiannya tidak
terlepas dari sejarah masuknya Agama Islam di Pulau Flores dan Ende
khususnya. Tulisan ini hanya mencoba untuk menelusuri lembaran peristiwa masa
lampau yang masih menjadi misteri. Ulasan kecil ini juga bukan untuk membuat suatu
pertentangan ataupun klaim tentang Agama mana yang lebih dahulu masuk ke Pulau Flores
ataupun di Kabupaten Ende maupun di Ndona khususnya. Konteks uraiannya adalah merajut
benang sejarah yang masih tercecer yang seharusnya diwariskan kepada setiap
generasi. Namun minimnya literatur dan penuturan-penuturan lisan sehingga
tulisan ini masih dalam konteks menggali atau menelusuri jejak masuknya agama
Islam di Ndona.
Masjid Al-Bai'Ah Wolowona
Memang pada sisi lain jejak
peradaban Islam di Ende-pun belum terungkap dengan jelas dan terdapat ragam
cerita. Namun ini hanyalah langkah awal untuk memulai sebuah pengkajian bagi
setiap pihak yang concern dengan history peradaban.
Karena itu, kami-pun mengharapkan jika ada pembaca yang dapat
memberikan kontribusi pemikiran ataupun ikut menyulam alur sejarah yang masih
tercecer tentang peradaban Agama baik di Pulau Flores, Kabupaten Ende ataupun
di Ndona khususnya agar dapat diketahui benang merah dari peradaban Agama Islam
di Ndona.
Dari beberapa sumber yang dihimpun bahwa sekitar abad ke 15 Agama Islam masuk pertama kali di
Nusa Tenggara Timur disebar oleh seorang ulama dari Palembang yang bernama
Syahbudin bin Salman Al Faris yang dikenal dengan nama Sultan Menanga. Ia
kemudian melakukan ekspansi ke Ende, Alor hingga ke Sumba.
Mengutip hasil penelitian dari penulis buku tentang sejarah Islam di
NTT, Munandjar Widiyatmika bahwa agama Islam sudah hadir di Endedan Pulau Flores sekitar abad ke-15atau sekitar tahun 1500-an.
Masjid Baiturahman Kanakera Kelurahan Onelako Ndona
Penyebaran agama Islam ini juga dilakukan
ulama-ulama pedagang dari Arab, Jawa, Bima,
Ternate dan Sulawesi (Bugis, Bone, Gowa). Mereka kemudian berbaur dan tinggal
dengan penduduk setempat dan menyebarkan
agama Islam hingga sampai ke Wolowona dan Ndona. Tidak diketahui persis siapa
yang membawa agama Islam di Ndona dan siapa yang pertama kali memeluk agama
islam di Ndona. Namun dari penuturan turun temurun bahwa sejak dahulu kala orang Ndona
sudah menjalin hubungan kerja sama dengan orang Ende dan sudah ada penduduk
yang beragama Islam.
Dalam Buku Kapita
Selecta NTT, 2007, tertulis,bahwa
pada abad ke 19, Kerajaan Ende, Nangapanda dan Ndona telah menjadi kerajaan
Islam. Raja dan para penduduknya telah memeluk agama Islam. Jika ditelusuri
maka data tersebut berpijak pada tahun era 1900-an dimana para penduduk yang
berada di pesisir pantai dan sekitarnya sudah memeluk agama Islam dan saat itu
sudah terjadi gesekan-gesekan antara masyarakat dengan penjajah Belanda (VOC).
Namun jika mengikuti ulasan Satoshi yang mengemukakan bahwa pada abad ke 15 Ende
sudah menjadi kerajaan Islam. Pendiri kerajaan Ende adalah seorang pria dari
Jawa. Beliau menikahi puteri tuan tanah di Ende. Sehingga ia diberi kekuasaan
dan hak-hak atas beberapa tanah Ende oleh ayahnya mertuanya. Kemudian ia
mendirikan dinasti Ende (Kerajaan Ende). Ia adalah raja pertama bernama Djari
Jawa sekitar abad 15. Nama asli Djari Djawa adalah Raden Husen Djajadinigrat,
seperti nama Islam Jawa.
Masjid an-Nur Nuakota Desa Manulondo Ndona
Pada masa ini, kerajaan Ende
berdiri secara tradisional tanpa sentuhan pengaruh penjajah. Namun kerajaan ini
tidak berkembang karena sistem kerajaan yang pada waktu itu tidak dikelola
dengan baik, sehingga terjadi kemunduran dalam waktu yang cukup lama. Di masa
1800 Indradewa kembali menghidupkan Kerajaan Ende dan membangun hubungan dengan
beberapa kerajaan terdekat seperti kerjaan Bima, Gowa dan Bugis.
Meskipun terdapat perbedaan versi
namun dapat dikatakan bahwa dimasa tersebut Islam sudah berkembang di Ende
dan dimasa itu pula telah terjadi hubungan antara masyarakat setempat.
Sementara itu FX. Sunaryo dalam hasil risetnya mengemukakan
bahwa pada tahun 1614 di Pulau Endesebagian
penduduknya bergama Kristen. Kemudian terjadi penculikan terhadap tokoh
masyarakat setempat yang menjadi pemimpin umat kristen di Pulau Ende saat itu.
Mereka yang diculik yaitu Salvador Carvalhaes, seorang guru agama, Pedro carvalhaes (pemimpin umat),dan Manuel da Lima (berusia 40 tahun) juga pemimpin umat. Ketiganya diculik oleh umat Islam
Pulau Ende dan dibuang ke Volowona (Wolowona) yang berada dalam wilayah Ndona. Di sana
orang-orang Islam
yang ada di Wolowona memaksa ketiganya agar membuang agama mereka dan masuk agama Islam. (Sejarah
Kota Ende, FX Soenaryo dkk, 2006).
Dari ulasan di atas apakah
dapat dikatakan bahwa Islam sudah ada di Ndona sebelum tahun 1614?. Mungkin jawaban
sementara bisa saja dikatakan demikian.
Umat Islam di Masjid Baiturahman Kanakera Ndona
Pada masa politik etis,
Belanda mengangkat seorang Raja untuk landskap
Ndona. Bhaki Bani yang beragama
Islam (dalam versi Belanda Mbaki Bani)
ditunjuk sebagai Raja Ndona. Penunjukan Raja Bhaki Bani ini dibuktikandengan dokumen Belanda bernomor Id. 10 Oktober
1917 No.21 dengan munguasai Landscap Ndona.
Dari penuturan para
tetua umat muslimNdona, mengatakan
bahwa masjid yang berdiri pertama kali di Ndona yaitu di Wolowona yang saat itu
menjadi pusat kerajaan Ndona. Jika dibulan Ramadhan setelah shalat Maghrib para
orang tua dan pemuda dari beberapa kampung yang ada di Ndona akan menuju ke
Wolowona untuk melaksanakan shalat tarawih. Meskipun harus berjalan kaki dengan
menempuh jarak kurang lebih 3 km, namun karena di Wolowona sudah banyak orang-orang
yang lebih memahami tentang agama Islam sehingga mereka lebih memilih tarawih
di Wolowona.
Di Masjid Wolowona sambil
menunggu sahurmereka biasanya mendengar
tauziah, belajar tentang Agama Islam ataupun membaca diba-an maupun berdzikir
hingga menjelang sahur baru mereka kembali ke rumahnya masing-masing.
Setelah itu berdiri
satu buah Musholah di Nualolo yang selanjutnya di robohkan. Lalu didirikan pula
Musholah di Nuakota dan berlanjut ke beberapa tempat yang ada di Ndona yang bangunannya
masih utuh hingga kini.
Namun uraian singkat di
atas belum menjadi suatu kesimpulan sebagai suatu jawaban atas misteri jejak
peradaban agama islam di Ndona. Masih perlu sebuah usaha untuk mengungkap
kembali jejak-jejak yang masih kabur. Dengan ketiadaan dokumen-dokumen
pendukung maupun minimnya pengetahuan lisan diperlukan pikiran bersama untuk
menjadikan suatu dokumen pewaris bagi generasi yang akan datang.
Sebagai penutup saya
coba mengutip kata-kata Daniel Dhakidae bahwa beberapa saran kecil sebagai
pegangan bagi kita untuk mengkaji berdasarkan pengalaman sederhana dalam
meneliti local history di satu
wilayah kecil.Oral history (tuturan lisan) adalah salah satu sumber terbesar
dalam meneliti masalah sejarah.
Umat Islam di Ndona melaksanakan shalat Idul Fitrih
Namun oral history perlu dipakai dengan ekstra
hati-hati. Nilai positif dari oral history adalah rekaman yang berada di dalam collective memory dari masyarakat yang
boleh dikatakan “tidak memiliki sejarah”. Namun, collective memory tersimpan dengan rapih dalam beberapa tempat
berikut ini:
Individu-individu yang
tua maupun yang muda karena masing-masing memperoleh warisan tradisi lisan
turun-temurun. Meskipun boleh dikatakan bahwa semua memiliki itu akan tetapi
para local genius adalah orang-orang
yang karena pengetahuan dan wibawa adat bisa diandalkan sebagai sumber yang
bisa dipegang. Dengan demikian local
knowledge bisa dimanfaatkan dengan seefektif mungkin. Di sini pun perlu
hati-hati karena wibawa pengetahuan seorang narasumber lokal tidak cukup,
karena harus disertai pula oleh wibawa moral sehingga reliabilitas bisa menjadi
pegangan para peneliti (Daniel Dhakidae budayawan dan peneliti senior dari NTT)
Judul yang agak nyeleneh
di atas semata-mata bertolak dari keangkuhan bahwa sejarah hanya dalam bentuk
tertulis, sedangkan sejarah lisan sama sekali tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Meskipun kita menolak keangkuhan ini, namun satu kenyataan sama sekali tidak
bisa ditolak karena, sejauhpengetahuan
saya,di luar itu tidak ada kelompok
masyarakat Ndona yang memiliki dokumen tertulis. Yang tersedia semata-mata oral history.
Jejak peradaban agama Islam di Ndona memang tidak terdokumentasi dengan baik namun Islam di Ndona sudah
berkembang dan telah membaur dengan kehidupan masyarakat setempat. Meskipun dalam masyarakat
Ndona yang berbeda secara keyakinan agama, namun kehidupan umat beragama di Ndona
tepalah harmonis. Dalam aktifitas sosial kemasyarakatn dan acara-acara
keagamaan atau pembangunan rumah ibadah sesama umat beragama tetap saling bahu
membahu.
Ibu-ibu Menari Wanda Pa'u Dalam sebuah Acara Pernikahan
Setiap masyarakat memiliki adat dan budaya sendiri.
Tidak memandang dia masyarakat modern atau tradisional. Masing-masing daerah dengan
komunitas masyarakatnya memiliki budaya
dan tradisi termasuk tarian.
Pada masyarakat Ende Lio
salah satu tarian yang terkenal adalah "WandaPa’u". Wanda artinya tarian dan pa’u artinya over atau lempar. Sehingga
dapat diterjemahkan Wanda Pa’u adalah
tarian saling mengover.
Tentu ada pertanyaan apa
yang di over dalam tarian tersebut?. Yang di over adalah selendang. Setiap
penari yang menggunakan selendang akan mengover selendang tersebut kepada orang lain yang dituju.
Mahasiswa UGM Menari bersama warga masyarakat
Mahasiswa UGM menari wanda pa'u
Gerakannya bebas dan tidak terikat yang akan diiringi oleh musik dan
lagu Ende Lio. Namun sering juga diiringi dengan musik tradisional sepertifeko genda(suling dan gendang) ataupun nggo lamba (gong dan tambur).
Tarian ini awalnya didahului
oleh beberapa penari yang sudah memegang selendang. Durasi waktunya tergantung dari
sipenari itu sendiri. Entah dia mau menari hanya setengah
menit atau beberapa menit terserah dari
si penari kemudian dia akan mengover selendang itu kepada orang lain. Orang
yang menerima selendang selanjutnya bangun untuk menari dengan durasi yang tidak
menentu lalu dia akan mengover kembali kepada orang lain. Gerakannya tergantung
penari dengan mengikuti irama lagu dan music.
Makna dari tarian wanda pa’u merupakan suatu wujud
keakraban dan ungkapan bahagia antara sesama
masyarakat. Ia tidak membedakan orang itu pendatang atau masyarakat asli namun
ketika berada dalam suatu komunitas orang Ende Lio orang itu adalah saudara, sahabat dan keluarga.
Tarian ini biasanya
terjadi dalam acara-acara kegembiraan seperti pernikahan, kunjungan tamu dari luar daerah, ataupun dalam
upacara-upacara adat. Suatu acara yang bernuansa kegembiraan tidak akan lengkap
jika tidak ada tarian ini.
Presiden Soekarno menari wanda pa'u saat berkunjung ke Ende (Sumber Collecte Tropenmuseum)
Mungkin ada yang tidak percaya jika Presiden
RI pertama Soekarno pernah menari wanda
pa’u. Dalam catatan sejarah, setelah Indonesia merdeka, Presiden Soekarno
tiga kali berkunjung ke tempat pengasingannya di Ende. Yakni pada 1951, 1954
dan 1957. Sehingga karena kecintaannya akan Ende dan menyadari Ende sebagai
Nusa ilham dasar Negara, Soekarno juga mengatakan bahwa “Ja’o Ata Ende” (Saya Orang Ende). Pada moment
kunjungan ini, soekarno kembali berbaur dengan masyarakat Ende Lio saat itu dan
menari Wanda Pa’u bersama sebagai ungkapan bahagia dan wujud persaudaraan
dengan sesama.
Inilah Video Tarian Wanda Pa'u. Song : Goma By : Tiga Dara Asri
Faisal Resi Pencipta Lagu Cinta Luar Biasa (Sumber Foto: Facebook Faisal)
Putra-putri NTT mulai
menunjukan skillnya pada blantika Musik Indonesia. Setelah lagu “KARENA
KU SAYANG” yang dipopulerkan oleh Near dan Dewi Soroewa
hingga meraih penghargaan dari Google Award, kini kembali hits lagu “CINTA
LUAR BIASA”.
Lagu yang sedang populer
menjelang akhir tahun 2018 dinyanyikan oleh Andmesh Kamalen Grand
finalis Rising Star Indoensia yang ditayangkan RCTI pada tahun
2017. Pemuda Yatim kelahiran 1997 Asal pulau Alor NTT
ini mampu menghipnotis penikmat lagu Indonesia dengan
suaranya yang merdu.
Faisal Bersama Sang Ibu (Sumber : Facebook Faisal)
Sekilas lagu ini
menceritakan tentang seorang pria sederhana yang terpesona pada seorang wanita
dari keluarga kaya. Tapi ia tidak mampu mengungkapkan perasaannya dan hanya
menjadi pengagum rahasia.
Namun siapa sangka, lagu
yang sudah mencapai 5.016.420 viewers di situs youtoube (kondisi 14
Desember 2018 pkl. 11.00 wita) diciptakan oleh putra keturunan Ndona Ende
Flores.
FAISAL RESI namanya. Putra bungsu dari Alm. Kasim Resi
dan Ibu Fatma yang saat ini berdomisili di Jalan Nangka Kota Kupang. Talenta
musik dan menyanyi turun dari ibunya yang juga merupakan mantan
penyanyi Band lokal di kampung halamannya di Ndona. Sedangkan almarhum ayahnya
merupakan penyuka dan pemain sepak bola meskipun hanya dilevel kampung. Akan
tetapi bakat ini teregenerasi pada tiga bersaudara, Nunung,
Yasin dan Faisal.
Faisal Resi Bersama Sang Kakak (Sumber foto Facebook Faisal)
Hanya ketiga cucu dari
Alm. Yakobus dan Jami’a ini memilih jalur yang berbeda-beda dalam mengolah
talentanya. Si sulung Nunung lebih suka menyanyi dan menjadi
qariah. Yasin sebagai anak kedua memilih menjadi pemain bola dan
menjadi dancer. Sedangkan si bungsu Faisal mengkombinasikan kedua bakat dari
ayah dan ibunya menjadi pemain bola dan musisi di kota kupang.
Faisal dan Andmaesh Kamaleng (sumber Foto Facebook Faisal)
Dalam lagu Cinta Luar
Biasa, Faisal Resi memang menjadi orang yang berperan dibelakang
layar. Teman dari Andmesh ini menciptakan lagu bagi Andmesh yang saat itu
sedang berlibur ke Kupang. Bak gayung bersambut lagu tersebut diajukan kepada
pihak label dan disetujui sebagai album kedua dari Andmesh.
Ketika dirilis pihak
label pada bulan November 2018, lagu Cinta Luar Biasa langsung hits dan meraih tempat
tersendiri pada para pencinta music Indonesia. Ribuan warganet
mengapresiasi lagu yang diciptakan oleh Faisal Resi ini.
Kedua anak yatim,
Andmesh sebagai sang vocalis dan Faisal Resi sebagai pencipta lagu
telah membawa pendengar lagu tersebut pada nuansa romantisme Ada warganet yang memberikan atensinya bahwa mereka hingga BAPER "(terbawa perasaan)"
dengan kisah dalam lagu tersebut. Meskipun terkesan ringan namun ditunjang
dengan suara merdu Andmesh, nuansa romantismenya kian terasa.
Teruslah berkreasi
Faisal Resi dan Andmesh, karena kreatifitas itu tanpa batas ruang dan waktu.
Berikut Lirik Lagu "Cinta Luar Biasa"
Waktu pertama kali ku lihat dirimu hadir
Rasa hati ini inginkan
dirimu
Hati tenang mendengar
suara indah menyapa
Geloranya hati ini tak ku sangka
Rasa ini tak tertahan
Hati ini slalu untukmu
Reff.
Terimalah lagu ini dari orang biasa
Tapi cintaku padamu luar biasa
Aku tak punya bunga aku tak punya harta
Yang kupunya hanyalah hati yang setia
Tulus padamu
Hari hari berganti kini cinta pun hadir
Melihatmu memandangmu bagaikan bidadari
Lentik indah matamu manis senyum bibirmu
Hitam panjang rambutmu anggun terikat
Rasa ini tak tertahan
Hati ini slalu untukmu
Reff
Terimalah lagu ini dari orang biasa
Tapi cintaku padamu luar biasa
Aku tak punya bunga aku tak punya harta
Yang kupunya hanyalah hati yang setia Tulus padamu
Bermula
dari menerima share postingan facebook, saya terkesima dengan karya unik seorang
remaja difabel. Namanya Archy Said, warga RT 02 Desa Manulondo Kecamatan Ndona
Kabupaten Ende.
Sebelumnya
saya memangsudah mengenal sosok ini.
Namun semenjak ia mengalamimusibah saya
sudah jarang bertemu apalagi mengetahui perkembangannya. Hingga ia muncul
dengan karyanyayang unik dan menggugah rasa kagum serta salut dengan
semangat anak ini.
Menyimakpostingannya, naluri menulis mulai
terngiang-ngiang dibenak.Update status saya
di akun facebook tentang semangat dan kreasi uniknya mendapat banyak respon. Hingga salah satu rekan dari RRI Pro 2 Ende berkomunikasi
dengan saya untuk bertemu dengan anak tersebut.
Bersama Bung Armando (Crew RRI Pro 2 Ende) saat berkunjung ke kediaman Archy
Sayapun
menghubungi Archy untuk menanyakan kesediaannya. Alhamdulillah beliau bersedia.
Hari Sabtu, 22 September 2018 pukul
16.30, bersama wartawan RRI Pro 2 Ende (Bung
Armando Abdullah), kami bertandang ke kediaman Archy.
Diawal
pertemuan, bukan muncul rasa kasihan dengan kondisi fisik archy yang sudah
tidak normal seperti dulu.Saya dan bung
Armando terpana dengan karya grafir yang dipampang di kamarnya.
Armando
dengan naluri pers-nya mulai menginterview archy. Dari kondisi fisik maupun karya-karya yang sudah
dibuatnya. Archy-pun bercerita awal mula
hingga ia mengalami cacat kaki.
“Tahun
2012, saat itu dia masih di kelas 2 SMKN 2 Ende. Pagi hari ketikaberangkat ke sekolah, angkot yang
penumpangnya rata-rata anak sekolah mengalami kecelakaan dan terbalik di
seputaran Ndona. Meskipun tidak ada korban jiwa namun Archy menjadi
satu-satunya penumpang yang mengalami cederah parah karena kakinya dijepit bodi
angkot.
Sejak
saat ituorang tua dan keluarganya terus
berupaya untukmenyembuhkan kakinya
bahkan hingga ke Jakarta. Namun apa mau dikata,kondisinya tetap tidak stabil hingga ia mengalami cacat kaki dan tidak
bisa berjalan.
Menurut
Archy, “awalnya Ia memang sempat mengalami depresi dengan kondisi fisiknya,” “Jika dulu iamau kemana saja tanpa ada hambatan,”. Namun sejak musibah tersebut
pergerakannya sudah terbatas meskipun dibantu kursi roda. Impian sekolahpun
buyar karena harus melakukan pengobatan dengan rentang waktu yang cukup lama.
Seiring
waktu, dengan pendampingan dan motivasi dari orang tua serta keluarga, ia mampu
melewati masa-masa depresi. Ia akhirnya bangkit dari keterpurukan karena
perasaan jengkel. Jengkel dengan kata kasihan yang ditujukan kepadanya.
Menurut Arkhy, “Setiap orang yang
menjenguk saya selalu mengucapkan kata-kata KASIHAN”. Karena keseringan mendengar kata-kata tersebut, saya menjadi
benci dengan kata “kasihan”.Hingga
terbersit dalam pikiran “saya masih punya tangan, masih punya otak,anggota tubuh saya yang lain juga masih bisa
berfungsi. Ini mungkin teguran dan hikmah dari Ilahi dan saya harus melakukan
sesuatu agar orang tidak berbicara dengan kasihan ketika melihat saya, tetapi
melihat karya saya”.
Awalnya
Iamulai berkreasi dengan barang-barang
bekasseperti membuat hiasan lampu dari
batok kelapa, miniatur motor gede (moge) dari bungkusan rokok atau kaleng
bekas, robot-robotan dari pemantik bekas ataupun miniatur mobil dan bus yang
juga dari barang-barang bekas. Hasil karyanya dipasarkan dimedia sosial. Hingga
pada suatu kesempatan di media facebook ia bertemu dengan salah seorang seniman
grafir kaca dari Mojokerto. Ia-puntertarik dengan karya-karya seniman Mojokerto tersebut.
Archy-pun
membangun komunikasi dengan sang seniman dari Mojokerto. Namun awalnya sang seniman
tersebut tidak percaya dengan cerita Archy tentang kondisi fisik dan tekad
arkhy. Namun dari media videocall sang seniman akhirnya melihat langsung kondisi
Archy. Hingga akhirnya sang seniman
Mojokerto memutuskan untuk membimbing Archy.
Hasil Karya Archy (sumber foto; facebook Archy Said)
Dengan
belajar otodidak dan bimbingan jarak jauh dari seniman grafir di MojokertoArchy akhirnya bisa membuat karya sendiri.
Ia-pun memasarkan karyanya pada media sosial. Alhamdulillah beberapaorderanlukisan grafir selain dari daerah NTT juga dari luar NTT hingga luar negeri.
Dari
cerita Archy said, saya dan Bung Armando tidak hanya terdecak kagum dengan
karyanya yangunik. Kami patut
mengangkat topi dan salut dengan semangat beliau untuk bangkit dari
keterpurukan dan berkarya dari keterbatasan fisiknya.
Ya,
memang banyak orang difabel yang sukses. Tapibutuh waktu bagi orang yang awalnya normal kemudian mengalami cacat
fisik untuk bangkit dan membuat suatu karya.
Pasca
wawancara dengan Bung Armando dikediamannya, RRI Pro 2 Ende dalam satu segmen
acaranya beberapa kali mengundang Archy sebagai narasumber. Sejak saat itu
orderan lukisan grafir semakin banyak.
Dalam
benak saya muncul pertanyaan, “Jika yang difabel mampu bangkit dengan kreasi
dalam keterbatasan, kenapa sebagian orang yang normal masih terkungkung dengan
pola pikir yang stagnan dan mudah putus asa?
Inilah beberapa hasil karya Archy Said (Sumber Gambar Facebook Archy Said: https://www.facebook.com/arky.nko)
BAGI YANG BERMINAT
LAMPU HIAS ACRILIK MIKA
Kontak order ARCHY SAID
: 085338388975
082235572088
Dan inilah video wawancara kami dengan Archy Said.
Mungkin ketika berbicara tentang kata
bermain, tentu ada sebagian yang akan mengarahkan pikirannya dengan anak-anak. Ya,
karena dunia anak lekat dengan aktifitas bermain. Bahkan banyak riset dan persepektif para ahli yang
menerjemahkan aktfitas bermain dengan anak-anak. Tak ada yang salah karena tergantung obyek dan sudut pandang.
Namun pertanyaannya, apakah aktifitas bermain
itu hanya terjadi pada anak-anak? "Jawabannya tidak". Dalam lika-liku kehidupan seseorang,
bermain merupakan hal yang biasa dan
universial. Setiap orang akan melakoni aktifitas yang namanya bermain.
Bermain tidak mengenal batas usia. Bermain selalu lekat dengan kehidupan manusia baik itu
anak-anak, remaja maupun orang dewasa dan bermain adalah hak setiap orang. Yang
membedakannya hanyalah pada jenis permainan dan waktu bermain.
Menurut Teori
Psikologis, permainan merupakan penampilan dorongan- dorongan yang tidak
disadari pada anak-anak dan orang dewasa. Ada dua dorongan
yang paling penting menurut Alder ialah : dorongan berkuasa, dan menurut
Freud ialah dorongan seksual atau libidi sexualis. Alder berpendapat bahwa,
permainan memberikan pemuasan atau kompensasi terhadap perasaan- perasaan diri
yang fiktif. Dalam permainan juga bisa disalurkan perasaan-perasaan yang lemah
dan perasaan- perasaan rendah hati.(*matakota.id.news)
Sehingga Siapa bilang bermain hanya untuk
anak-anak? Faktanya, orang dewasa juga memiliki kebutuhan akan hal ini.
Pertanyaan yang muncul berikutnya adalah, apa dampak yang diperoleh orang
dewasa ketika mereka bermain? Tentu saja, selain perasaan senang dan lebih rileks,
ternyata bemain juga bisa membuat kinerja otak menjadi lebih optimal dan
produktif.
Beberapa artikel kedokteran dan penelitian banyak yang menerbitkan jurnal-jurnal resmi yang
menyatakan bahwa otak adalah organ yang adaptif dan dapat dipengaruhi oleh
kebiasaan sehari-hari termasuk bermain. Otak layaknya otot, akan menurun
kemampuannya jika tidak dilatih. Sebaliknya, jika seseorang rutin melatih otak
dengan serangkaian kegiatan positif, maka hasilnya akan luar biasa.
Hakekat
bermain adalahseseorang memiliki kesempatan
untuk menggunakan potensi panca indranya. Dari hasil tangkapan panca indra dia
akan mengasah kemampuan motorik, kognitif dan imajinatifnya.
Ya, boleh dikatan bermain adalah kebutuhan bagi setiap orang yang dapat dilakukan kapan saja, dimana saja, dengan
siapa saja, dan menggunakan apa saja. Seseorang bahkan bisa menikmati
kesenangan bermain hanya dengan menggunakan imajinasinya. Ia akan memperoleh
suatu effek dari aktifitas bermainnya dan
hanya akan di dapat apabila ia senang melakukannya. Sehingga suatu aktifitas
hanya dapat dikatakan aktifitas bermain apabila seseorang itu memutuskan apa
yang akan dia mainkan dan bagaimana memainkannya serta apa dampaknya. Suatu permainan akan memiliki efek positif jika digunakan untuk kepentingan mengembangkan aspek psikologi dan fisik. Namun permainan juga akan membawa dampak negatif jika digunakan sebagai obyek untuk disalah gunakan. Misalnya, game-game yang dijadikan sebagai media perjudian.
Sebuah kalimat bijak mengatakan “Jika bermain dalam suatu permainan maka jadilah pemain
yang tidak sekedar main-main. Namun janganlah bermain-main dalam suatu permainan jika tidak ingin dipermain-mainkan”.